Kamis, 09 Januari 2020

Dialog Negosiasi antara Penjual dan Pembeli

Gadis Rantau
Pasar Sukawati adalah pasar Seni yang sangat terkenal sampai ke penjuru dunia. Pasar seni Sukawati terdapat di Desa Sukawati Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Pasar seni Sukawati sangat terkenal karena menjual pakaian dan kerajinan tradisional khas Bali dengan harga yang sangat murah. Pakaian seperti Batik yang berciri khas Batik ornamen Bali. Semua harga yang ditawarkan di Pasar Sukawati, dapat ditawar. Jadi pintar-pintarlah untuk menawar. Sebagai bayangan untuk anda, harga pas di pasar Pasar Seni Sukawati adalah sepertiga dari harga yang ditawarkan oleh penjual.

Dialog berikut berlangsung di kawasan Pasar Seni Sukawati, Denpasar, Bali. Penjual barang-barang seni adalah seorang gadis Bali asli, sedangkan pembeli adalah seorang ibu muda dari Eropa yang bisa berbahasa Indonesia. Di pasar itu dijual barang-barang seni khas Bali. Pembeli bisa membeli barang-barang tersebut dengan harga terjangkau, seperti perhiasan, tas, pakaian khas Bali, batik, lukisan, dan patung. Salah satu patung yang dijual di pasar itu adalah Patung Garuda Wisnu Kencana. Patung Dewa Wisnu yang sedang menaiki kendaraannya, burung garuda. Dalam dunia pewayangan Jawa, Dewa Wisnu adalah dewa pemelihara perdamaian dan keadilan.

1.Penjual:Good morning, Mam. Selamat pagi.Orientasi
2.Pembeli:Selamat pagi.
3.Penjual:Mari, mau beli apa?
4.Pembeli:Ada patung Garuda Wisnu Kencana yang dibuat dari kayu?Permintaaan
5.Penjual:Ya, ada. Di sebelah sana, yang besar atau yang kecil? (Penjual menunjukkan tempat patung yang ditanyakan pembeli)
6.Pembeli:Yang sedang saja. Yang dibuat dari kuningan ada?
7.Penjual:Ya, ini, tidak terlalu besar. Tapi, terbuat dari kayu. Yang dari kuningan habis.Pemenuhan
8.Pembeli:Ya, dari kayu tidak apa-apa.(Patung itu sudah di tangan pembeli dan ia mengamatinya dengan cermat)
9.Penjual:Bagus itu, Mam. Cocok untuk dipakai sendiri atau untuk suvenir.
10.Pembeli:Saya pakai sendiri. Harganya berapa?Penawaran
11.Penjual:Tiga ratus ribu.
12.Pembeli:Wah, mahal. Dua ratus ribu ya?
13.Penjual:Belum boleh. Dua ratus delapan puluh lima ribu. Ini sudah murah, Mam. Di tempat lain lebih mahal.
14.Pembeli:Tidak mau. Kalau boleh, dua ratus lima puluh ribu.
15.Penjual:Belum boleh. Naik sedikit, Mam.
16.Pembeli:Dua ratus tujuh puluh lima ribu.Persetujuan
17.Penjual:Ya, sebenarnya ini belum boleh. Tapi, untuk Nyonya boleh. Mau beli apa lagi?Pembelian
18.Pembeli:Tidak. Itu saja. Ini uangnya. (Penjual memasukkan patung itu ke dalam tas plastik yang bertuliskan nama kiosnya. Pembeli memberikan uang pas).
19.Penjual:Ya, terima kasih.Penutup
20.Pembeli:Terima kasih. Bye, bye.
21.Penjual:Have a nice day (Pembeli pergi meninggalkan kios itu)

Negosiasi yang terjadi pada jual beli lebih kompleks dan berjalan menurut alur yang lebih alami sehingga tiga tahap saja belum cukup. Struktur teks itu akan menjadi lebih kompleks apabila barang yang dibeli lebih dari satu dan keadaan pasar memungkinkan hal itu terjadi. Kekompleksitasan itu menuntut tahap-tahap yang lebih banyak untuk mewadahi peristiwa tutur yang ada. 

Siapa yang terlibat dalam negosiasi pada peristiwa jual beli di Pasar Seni Sukawati itu? Jelaskan latar belakang masing-masing. Penjual barang-barang seni adalah seorang gadis Bali asli, sedangkan pembeli adalah seorang ibu muda dari Eropa yang bisa berbahasa Indonesia.

Menjual karya seni lokal kepada orang asing sudah merupakan bentuk promosi ke negara asal orang asing tersebut. Karena dengan menjual karya seni kepada orang asing akan memperkenalkan produk kesenian Indonesia kepada negara lain.

Pada teks negosiasi tersebut orang asing itu sudah bisa berbahasa Indonesia. Dari cara ia berbicara, menurut perkiraan orang asing itu sudah pernah berkunjung ke Bali atau pulau lain di Indonesia. Orang asing tersebut belum mengerti tokoh yang dijadikan patung tersebut. Dia hanya membeli patung tersebut sekedar sebagai benda seni saja.

Apa perbedaan yang ada antara penjual dan pembeli? Penjual biasanya menjual barang dengan mencari keuntunga sebesar-besarnya, sedangkan pembeli biasanya membeli barang dengan kualitas baik dan harga serendah mungkin. Di pasar pasar modern pembeli tidak bisa melakukan tawar menawar atau negosiasi harga karena harga sudah dibandrol, tetapi kalau di pasar tradisional harga masih bisa ditawar.

Kesepakatan apa yang dicapai dalam teks di atas adalah kesepakatan harga patung Dewa Wisnu seharga dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Dalam hal harga, pada teks tersebut pedangang yang mengalah dalam hal harga patung. Harga patung yang semula ditawarkan sebesar tiga ratus ribu setelah negosiasi menjadi dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah.

Pada tuturan ke tujuh belas penjual menawarkan barang lain setelah terjadi kesepakatan harga patung Dewa Wisnu. Memang tidak diharuskan pembeli selalu menuruti keinginan penjual dalam hal harga barang. Penjual juga tidak boleh memaksa pembeli untuk membeli barang yang ditawarkan.

Pada waktu membeli barang di pasar, sebaiknya menawar harganya terlebih dahulu karena harga yang ditawarkan di pasar biasanya dinaikan dari harga sebenarnya. Melalui proses tawar menawar biasanya kesepakatan harga dapat dicapai. Hal itu tentu berbeda dengan pasar modern seperti mall karena di pasar modern seperti mall biasanya harga sudah tidak bisa ditawar lagi. Mau tidak mau pembeli harus membeli dengan harga yang tertera pada bandrol.

Pada waktu membeli barang biasanya kita dapat memilih barang-barang yang kita hendaki. Tentunya tergantung dengan kebutuhan dan uang yang kita miliki.