Alat Pertanian Tradisional adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan dalam bidang pertanian yang sifatnya masih tradisional. Salah satu ciri alat tradisional yakni alat yang penggunaannya secara manual. Sampai saat ini peralatan pertanian tradisional masih aktif digunakan oleh para petani guna mempermudah dalam mengolah tanah, menghilangkan rumput, memetik hasil panen, dan lain sebagainya. Jadi dengan menggunakan alat pertanian, para petani dapat menghemat waktu dan biaya produksi pertanian sehingga keuntungan yang didapatkan oleh mereka dapat maksimal.
10 Contoh Alat Pertanian Tradisional dan Fungsinya
Seperti yang sudah maklum bahwa perkembangan teknologi semakin hari semakin maju dan berkembang. Dulu manusia hanya menggunakan bahan batu dan kayu sebagai alat pertanian. Selanjutnya seiring dengan perkembangan cara berpikir manusia, terciptalah alat-alat pertanian dengan bahan dari logam seperti besi. Di bawah ini 10 contoh alat pertanian tradisional baik alat yang dibuat dari batu, kayu, dan logam, serta perpaduan antara berbagai bahan pembuat alat pertanian:
1. Cangkul ( bahasa Jawa : pacul ) dan fungsinya
Cangkul digunakan atau berfungsi untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat biasanya menggunakan bajak. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi.
Dalam hubungannya dengan persiapan tanam benih padi, cangkul digunakan untuk menggali bagian tepi/pinggir sawah atau dalam istilah bahasa Jawa disebut pekerjaan minggiri sawah. Fungsi sawah dipinggiri sebelum dibajak menggunakan garu dan atau traktor adalah agar bagian tepi sawah juga ikut gembur, dikarenakan alat garu maupun traktor tidak bisa maksimal untuk menjangkau tepian sawah.
2. Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian. ( Sumber :Wikipedia )
Dalam pertanian sawah, parang digunakan untuk membabat rumput yang berada di pematang sawah. Kegiatan ini oleh orang Jawa disebut dengan istilah "nampingi"
3. Garu dan fungsinya serta cara kerjanya/penggunaannya
a. Pengertian Garu
Garu adalah alat pembajak sawah atau ladang yang terbuat dari bahan kayu. Kayu yang digunakan sebagai bahan pembuat garu yaitu kayu yang sifanya keras dan awet seperti kayu jati, sono keling/angsana, kayu laban, dan jenis kayu keras lainnya.
Garu terdiri atas dua bagian yakni bagian pembajak dan penarik. Bagian pembajak berukuran panjang sekitar 40 cm dan lebar 30 cm. Bentuk garu dibuat lengkung. Ketebalan garu dibuat lebih lebal bagian pangkal, sedangkan bagian ujungnya lebih tipis/pipih dari pangkalnya. Bagian penarik terbuat dari balok kayu yang panjangnya antara 150 - 200 cm.
Garu seringnya digunakan untuk membajak sawah berlumpur, walaupun ada sebagian petani yang menggunakan untuk membajak ladang tanah berpasir.
b. Fungsi garu
Garu berfungsi untuk membajak sawah berlumpur dan ladang berpasir. Pengerjaan lahan dengan garu sebagai tahap atau proses awal pengolahan tanah sawah berlumpur setelah sawah mulai digenangi air. Jika garu difungsikan untuk membajak ladang pasir maka baik tanah kering maupu mengandung air tetap dapat dibajak dengan garu. Tanah sawah yang sudah digaru masih berupa gumpalan tanah yang bentuknya mirip garu, jadi garu baru berfungsi untuk membalikkan posisi permukaan tanah sawah.
c. Cara kerja garu
Garu tidak dapat berfungsi tanpa adanya tenaga yang menarik dan menekannya. Untuk membajak sawah/ladang dengan alat garu bisa memanfaatkan murni tenaga manusia dan dapat juga dilakukan perpaduan/kerja sama anatara tenaga manusia dengan bantuan hewan seperti kerbau, sapi, dan kuda.
#1). Pemanfaatan garu dengan murni tenaga manusia
Jika penggunaan garu memanfaatkan tenaga manusia, maka dalam prakteknya harus minimal 2 orang. Di mana yang satu sebagai penarik dan yang satunya lagi sebagai penekan garu. namun pada umumnya penarik garu terdiri atas 2 orang dan penekan garu hanya 1 orang. Sedikit atau banyaknya jumlah anggota yang menggerakan garu tergantung juga dengan kondisi kesuburan dan kegemburan tanah yang dibajak. Semakin tanah gembur maka semakin memungkinkan untuk menggunakan 2 tenaga manusia. Pada gambar di atas terlihat 6 orang penarik dan 1 orang penekan karena tanah yang dibajak cukup keras.
#2). Pemanfaatan tenaga manusia dan hewan
Hewan yang bisa dimanfaatkan tenaganya untuk menarik garu adalah hewan kerbau, sapi, dan kuda. Unuk kebau dan sapi bisa dimanfaatkan tenaganya di sawah berlumpur dan ladang. Namun kuda hanya bisa dimanfaatkan di lahan kering.
Ketiga hewan tersebut berfungsi untuk menarik pegangan/garan garu, sedangkan yang menekan garu tetap menggunakan tenaga manusia.
4. Luku/Wluku dan fungsinya
Luku adalah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk meratakan tanah setelah tanah digaru. Jadi setelah tanah digaru biasanya didiamkan dulu selama sekitar 1 minggu kemudian baru diwluku. Jadi fungsi utama alat luku adalah untuk meratakan tanah sebagai lahan yang siap untuk ditanami.
Adapun cara pengunaannya sama dengan penggunaan garu. Jadi antara garu dan luku merupakan satu paket namun dengan fungsi yang berbeda. Garu dan luku dapat dipasang di alat penarik yang sama secara bergantian. Oleh sebab itu di bagian pangkal penarik garu/wluku didesain yang kiranya mudah bongkar pasangnya.
5. Batang pohon pisang ( bahasa Jawa : gedebog pohon pisang ) dan fungsinya
Jika tanah sawah yang sudah diluku/dimluku maka alangkah baiknya gunkan gedebog untuk meratakan atau lebih menghaluskan permukaan tanah sawah sebelum dilakukan penggarisan. Jadi fungsi gedebog sebagai alat pertanian tradisional adalah untuk menghaluskan permukaan tanah sawah.
6. Penggaris sawah dan fungsinya
Penggaris sawah adalah alat pertanian tradisional yang terbuat dari kayu. Jarak antara masing-masing bagian garisan biasanya antara 22 - 25 cm. Penggaris sawah berfungsi untuk memberi batas/jarak antara tanaman padi sehingga para penanam dapat dengan mudah menanam benih adi tepat di setiap ada perempatan hasil atau tapak/bekas garisan.
Penggaris jenis ini hanya bisa digunakan pada sawah yang bisa disurutkan airnya. Adapun untuk sawah yang tidak bisa disurutkan airnya maka alat yang dipakai agar tanaman jarakanya rapi dan lurus adalah dengan menggunakan tambang kecil ataupun benang nilon dan sejenisnya. Dalam istilah bahasa Jawa disebut kenteng.
7. Gosrok dan fungsinya
Dalam ilmu pertanian, gosrok adalah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk menggemburkan tanah dan membasmi rumput yang berada di sela-sela tanaman padi serta untuk memutuskan akar-akar tanaman padi. Dengan putusnya sebagian akar maka diharapkan akar yang putus akan tumbuh bercabang lebih banyak.
8. Ani-ani dan fungsinya
Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah, berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.
9. Sabit/ Arit dan fungsinya
Sabit, arit,adalah alat pertanian berupa pisau melengkung menyerupai bulan sabit. Meskipun bentuknya sama, secara bahasa arit dan sabit cenderung merujuk pada alat pertanian. Fungsi sabit adalah untuk membabat/memotong rumput dan juga untuk memotong batang tanaman padi ketika panen.
10. Alat gepyok
Alat gepyok adalah alat pertanian tradisional yang terbuat dari bambu dan atau kayu. Fungsi alat gepyok adalah untuk merontokkan padi