Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun suatu gambar yang indah. Dalam seni ukir terdapat beberapa motif ukir. Motif ukir nusantara memiliki banyak jenis sesuai dengan asal daerahnya. Motif hias klasik yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam banyak dipengaruhi oleh motif-motif hias klasik masa kerajaan Hindu-Buddha. Beberapa motif ukir yang mempengaruhi motif ukir pada masa Kerajaan Islam antara lain motif padjajaran, motif majapahit, motif bali, dan motif mataram.
Seni ukir klasik berkembang di istana atau keraton sehingga dikenal dengan nama seni ukir Pajajaran, seni ukir Majapahit, seni ukir Bali, seni ukir Pekalongan, seni ukir Madura, seni ukir Mataram, seni ukir Cirebon, dan seni ukir Surakarta. Biasanya pada bagian-bagian di istana atau keraton, akan ditemui ukiran. Misalnya, di dinding, kayu penyangga rumah, furniture, dan sebagainya. Ternyata seni ukir klasik ini juga ditiru oleh masyarakat pengrajin untuk menampilkannya dalam berbagai model.
Sehingga seni ukur klasik pada akhirnya tidak hanya berkembang di keraton namun berkembang pula di masyarakat. Ketika seni ukir klasik ini diaplikasikan pada perabotan sehari-hari, maka penyebarannya pun semakin meluas. Namun sekalipun antar daerah terjadi saling pengaruh mempengaruhi, masing-masing daerah tetap memiliki ciri khas sendiri-sendiri.
Motif Hias di Indonesia sangat beragam, macam-macam motif hias ini sering kita temukan pada karya seni kriya yang di ciptakan di wilayah nusantara, baik penggunaan motif hias yang sudah terpengaruh dengan gaya modern, ataupun seni kriya yang masih mempertahankan gaya motif hias lama atau klasik. Berikut ini adalah motif klasik tradisional yang berkembang pada zaman islam di Jawa yang telah yang mencapai puncak kejayaan pada zaman kerajaan-kerajaan besar di Jawa dan sekitarnya.
Motif Padjajaran
Motif Padjajaran berbentuk ukel seperti daun pakis dan bentuknya serba bulat. Bentuk ukel seperti tanda baca koma, dengan angkup yang juga berbentuk bulat. Adapun ujung ukel berbentuk miring
Motif Majapahit
Motif Majapahit berbentuk bulatan dan krawingan (cekungan) dan terdiri dari ujung ukel dan daun-daun waru dan pakis. Dalam ragam ini, patran (daun) diwujudkan dalam bentuk krawing (cekung). Bentuk pokok motif Majapahit seperti tanda tanya.
Motif Bali
Motif Bali hampir sama dengan Motif Padjajaran. Bedanya terletak pada ujung ukel yang dihiasi dengan sehelai patran. Jadi ukel besar kecil, bulat cekung, pecahan, ada pula daun yang runcing. Motif Bali ini dinamakan patre punggel.
Motif Mataram
Motif Mataram jika ditinjau dari gambar ukir, berasal dari pakaian wayang purwa. Bentuknya mirip dengan bentuk cawen-cawenan pakaian wayang.
Seni ukir klasik berkembang di istana atau keraton sehingga dikenal dengan nama seni ukir Pajajaran, seni ukir Majapahit, seni ukir Bali, seni ukir Pekalongan, seni ukir Madura, seni ukir Mataram, seni ukir Cirebon, dan seni ukir Surakarta. Biasanya pada bagian-bagian di istana atau keraton, akan ditemui ukiran. Misalnya, di dinding, kayu penyangga rumah, furniture, dan sebagainya. Ternyata seni ukir klasik ini juga ditiru oleh masyarakat pengrajin untuk menampilkannya dalam berbagai model.
Sehingga seni ukur klasik pada akhirnya tidak hanya berkembang di keraton namun berkembang pula di masyarakat. Ketika seni ukir klasik ini diaplikasikan pada perabotan sehari-hari, maka penyebarannya pun semakin meluas. Namun sekalipun antar daerah terjadi saling pengaruh mempengaruhi, masing-masing daerah tetap memiliki ciri khas sendiri-sendiri.
Motif Hias di Indonesia sangat beragam, macam-macam motif hias ini sering kita temukan pada karya seni kriya yang di ciptakan di wilayah nusantara, baik penggunaan motif hias yang sudah terpengaruh dengan gaya modern, ataupun seni kriya yang masih mempertahankan gaya motif hias lama atau klasik. Berikut ini adalah motif klasik tradisional yang berkembang pada zaman islam di Jawa yang telah yang mencapai puncak kejayaan pada zaman kerajaan-kerajaan besar di Jawa dan sekitarnya.
Motif Padjajaran
Motif Padjajaran berbentuk ukel seperti daun pakis dan bentuknya serba bulat. Bentuk ukel seperti tanda baca koma, dengan angkup yang juga berbentuk bulat. Adapun ujung ukel berbentuk miring
Motif Majapahit
Motif Majapahit berbentuk bulatan dan krawingan (cekungan) dan terdiri dari ujung ukel dan daun-daun waru dan pakis. Dalam ragam ini, patran (daun) diwujudkan dalam bentuk krawing (cekung). Bentuk pokok motif Majapahit seperti tanda tanya.
Motif Bali
Motif Bali hampir sama dengan Motif Padjajaran. Bedanya terletak pada ujung ukel yang dihiasi dengan sehelai patran. Jadi ukel besar kecil, bulat cekung, pecahan, ada pula daun yang runcing. Motif Bali ini dinamakan patre punggel.
Motif Mataram
Motif Mataram jika ditinjau dari gambar ukir, berasal dari pakaian wayang purwa. Bentuknya mirip dengan bentuk cawen-cawenan pakaian wayang.
Istilah | Arti |
---|---|
Ukel | Bentuk melingkar seperti pucuk daun pakis yang masih muda pada motif ukir |
Angkup | Angkup merupakan bentuk dari unsur motif ukiran yang bentuknya selalu menelungkup. Bentuk ini selalu berada pada punggung dari daun pokok. |
Krawingan | Krawingan adalah bentuk cekungan pada motif ukir tradisional |
Patran | Patran, merupakan pengembangan bentuk dari objek dasar dedaunan. Bentuk dasar ukiran ini menyerupai segitiga dengan pengembangan stilasi daun yang disesuaikan pada motif-motif ukiran tertentu. |
Pecahan | Pecahan merupakan nama dan bentuk pada bagian motif ukiran, baik yang berupa suatu pahatan berbentuk garis maupun bentuk pahatan yang menyobek tepi pahatan batas ukiran. |
Patre Punggel | Patre Punggel merupakan salah satu motif ukiran bali yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh - tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda. |
Cawen | Cawen adalah hiasan berupa guratan-guratan menurut bentuk yang dicawi (diarsir) |