Setyajid, raja Lesanpura, duduk di atas singgasana, dihadap oleh Setyaki, Setyadarma dan pegawai istana. Raja memberitahu rencana perjodohan Setyaboma dengan Pendeta Drona di Sokalima. Tengah mereka berbicara datanglah Patih Prabawa, utusan dari kerajaan Mandura, menyampaikan surat dari Prabu Baladewa.
Isi surat menerangkan bahwa Erawati, istri raja Baladewa, jatuh sakit. Sekarang ia beristirahat di pesanggrahan Randhukumbala. Setyaboma didambakan kehadirannya untuk menjenguk Erawati. Patih Prabawa kembali ke Mandura. Raja Setyajid menemui permaisuri yang sedang duduk bersama Setyaboma. Raja memberi tahu tentang kabar Erawati yang sedang sakit, dan minta agar Setyaboma datang menjenguknya. Setyaboma dengan senang berangkat ke Randhukumbala. Setyaki dan Setyadarma mengiringnya.
Dikisahkan, raja Dwarawati yang bernama Yuda Kalakresna sedang jatuh cinta kepada Setyaboma. Raja itu menulis surat lamaran. Raksasa Kalarumba diperintahkan untuk menyampaikannya kepada raja Setyajid. Kalarumba berangkat, dikawal Togog dan Sarawita. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Lesanpura yang akan pergi ke Randhukumbala. Maka terjadilah perselisihan, raksasa Kalarumba lalu menyimpang, masuk ke hutan. Mereka takut menghadapi amukan Setyaki. Rombongan Lesanpura berlanjut ke Randhukumbala.
Telah lama Pamade tinggal di pertapaan Wukir Retawu. Bagawan Abiyasa menyuruh agar Pamade kembali ke Ngamarta. Pamade menurut perintah sang bagawan, lalu mohon restu berangkat ke Ngamarta. Para panakawan mengawalnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan prajurit raksasa Dwarawati yang dipimpin oleh Kalarumba. Mereka saling bertanya, berselisih dan terjadilah perkelahian. Raksasa kalah. Togog dan Sarawita pun kembali ke Dwarawati.
Setyaboma dan rombongan tiba di pesanggrahan Randhukumbala. Mereka disambut oleh raja Baladewa. Setyaboma disuruh masuk ke istana keputren menemui Erawati, sedang Setyaki ditemui oleh raja Baladewa sendiri. Setelah masuk di istana keputren, Setyaboma terkejut bercampur takut, sebab yang dijumpai sakit bukan Erawati, melainkan Narayana. Setyaboma akan lari, tetapi ditahan Narayana. Narayana berkata bahwa sangat sayang bila Setyaboma yang gadis remaja akan dikawinkan dengan Pendeta Drona yang tua itu. Setyaboma jatuh cinta kepada Narayana. Mereka duduk berdampingan dan berjanji saling mencintai.
Sementara itu Setyaki mabuk oleh minuman sehingga tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Setelah sadar dan mengetahui tipu muslihat raja Baladewa dan Narayana, Setyaki pun menjadi marah. Ia hendak menyerang raja Baladewa. Raja Baladewa mengatakan bahwa tipu muslihat itu dilakukan demi terbebasnya Setyaboma dari tangan Korawa. Setyaki tidak setuju dengan akal demikian itu. Raja Baladewa diserangnya, tetapi sang raja berusaha menghindari perselisihan. Ketika Setyaki melihat Setyaboma duduk berdampingan dengan Narayana, hilanglah rasa marahnya. Ternyata Setyaboma mencintai Narayana. Ia menghormat dan minta maaf. Setyaki diutus ke Ngastina agar memberitahu kepada warga Korawa bahwa perkawinan Setyaboma harus melalui sayembara. Siapa yang mampu mengalahkan raja Baladewa dan mematahkan dua lengannya diperbolehkan memperistri Setyaboma.
Setyaki segera pergi ke Ngastina, menyampaikan sayembara yang harus dipenuhi oleh raja Duryudana dan Pendeta Drona. Kemudian Setyaki kembali ke Randhukumbala. Raja Duryodana mengijinkannya, beberapa warga Korawa disuruh membantunya. Setelah tiba di Randhukumbala, Pendeta Drona mengajukan permintaan bahwa para Korawalah yang mewakilinya. Raja Baladewa menerima usul Pendeta Drona. Ia menyuruh warga Korawa mengeroyoknya tapi ternyata Raja Baladewa tidak terkalahkan.
Pendeta Drona pun lari ke Ngamarta, menghadap raja Yudhistira. Pendeta Drona minta kesediaan Bima untuk mewakilinya mengikuti sayembara mengalahkan raja Baladewa. Raja Yudhistira mengijinkan, dan Bima menyanggupinya. Mereka meninggalkan Ngamarta, dan pergi menuju ke Randhukumbala. Pamade menyertainya. Raja Baladewa menerima kedatangan Bima, lalu mereka beradu kesaktian. Lama mereka berkelahi, akhirnya capai dan jatuh pingsan. Narayana dan Sumbadra datang dan menangisi Baladewa. Sedangkan Pamade menangisi Bima.
Tengah mereka bertangisan datanglah penjaga istana keputren, lalu memberi tahu bahwa Setyaboma dilarikan Raseksi. Baladewa dan Bima sadar, lalu mereka berunding untuk mengejar pencuri. Pamade ditugaskan mencari pencuri itu. Bima dan Narayana mengikutinya.
Setyaboma telah berhasil dibawa sampai Negara Dwarawati oleh Raseksi Rini. Kemudian diserahkannya kepada raja Yuda Kalakresna. Setyaboma disuruh masuk ke istana. Ketika masuk di istana, ternyata Narayana telah datang dan siap menyambutnya. Setyaboma disimpan dalam cincin Narayana. Raja Yuda Kalakresna menyerangnya, tetapi akhirnya mati terbunuh. Prajurit Dwarawati mengamuk namun dapat dipadamkan oleh Bima dan Pamade. Sang Hyang Narada datang, menjunjung perintah Sang Hyang Girinata, agar Narayana naik tahta di Dwarawati dengan gelar Prabu Kresna. Sang Hyang Narada kembali ke Kahyangan.
Narayana, Bima dan Pamade kembali ke Lesanpura dan menyerahkan Setyaboma kepada raja Setyajid. Raja mengijinkan putrinya, Setyaboma, dipersunting oleh Narayana.
Raja Duryodana yang kecewa lalu memerintahkan warga Korawa menyerang Lesanpura dan merebut Setyaboma. Serangan prajurit Korawa dilawan oleh Pamade dan Bima, maka seketika musuh kembali ke Ngastina.
Negara Lesanpura aman kembali. Narayana memboyong Setyaboma, dan bertahta di kerajaan Dwarawati. (Sumber: Mangkunagara VII, Jilid 23:8-14)
(R.S. Subalidinata)